Jumat, 27 Mei 2011

Politisi Busuk Adalah Musu Bersama


Jangan-jangan pilih mereka
Berpolitik untuk korupsi
Jangan-jangan pilih mereka
Berpolitik menipu rakyat
Ambil saja uang mereka
Tapi jangan pilih mereka
Tapi lebih baik jangan ambil uang mereka
Juga jangan pilih mereka
       
 Lagu diatas berjudul; Jangan Pilih Mereka, diambil dari lirik Harry Roesli, dengan notasi lagu rakyat Belanda, penulis terilhami dengan syair lagu diatas yang tidak bisa di nafikan memili kekuatan yang dasyat untuk mengahancurkan politik uang menjelang pilkada 30 Juni 2010 di Suamatera Barat.

Dalam tulisan yang sederhana ini, menyerukan untuk tidak salah memilih kepala daerah dalam pilkada Juni 2010 mendatang, kita menginginkan masyarakat untuk tidak memilih politisi busuk yang mengahambur hamburkan uang rakyat . Ada delapan kriteria politisi busuk yang tidak layak dipilih. Yakni politisi yang suka mengobral janji, pernah atau sedang terlibat kasus asusila, tidak prorakyat, tidak serius ketika sidang, melakukan money politics, track record-nya buruk, terindikasi dan terlibat korupsi, serta penjahat lingkungan.

Jangan sampai salah memilih memilih pemimpin pada pilkada 2010 besok, yang memiliki mental tidak baik, yang memiliki energi High politic (politik kelas tinggi “amal maaruf nahi mungkar”) tidak bisa di pungkiri, pilkada 2010 di Sumatera Barat yang dilaksanakan serentak, akan menentukan nasib bangsa secara umum dan Kabupaten Kota secara khusus di Suamtera Barat, lima tahun ke depan tinggal hitungan bulan. Dengan waktu yang tersisa, masyarakat sudah merasakan mobilitas dan intensitas suhu politik mulai memanas dan mendidih di beberapa kabupaten Kota di Sumatera Barat dengan munculnya baloho, spanduk, kelender bak cendawan yang tumbuh di musim hujan.
Antara Pilkada dan Korupsi.
Para politisi yang tidak memiliki basis integritas dan intelektualitas kuat, akan menjadi ancaman tersendiri bagi bangsa yang lebih baik. Bagaimanapun calon kepala daerah yang memiliki mutu rendah secara intelekualitas dan integritas akan menghalalkan segala cara untuk duduk mengisi pos pemerintahan. Baik melalui intimidasi ataupun politik uang. Melalui kompetisi yang berlapis lapis sehingga untuk menjadi kepala daerah tidak semua orang bisa  tapi yang telah teruji, intelektual dan bermoral.

Solusinya agar tidak terjadi money politik (korupsi) adalah setiap calon Walikota dan Wakil Walikota/Bupati dan Wakil Bupati dan pilkada Gubernur untuk tidak mengunakan politik uang, sehingga ketika mereka duduk dengan modal yang cukup besar jumlah puluhan miliyar,  yang dipikirkan  bagaimana uang pemilunya pulang pokok (modal), bukan memikirkan memperjuangkan rakyat. Dihitung dengan modal kampanye yang relatif besar maka dalam waktu 5 (lima) tahun tidak cukup Maka efek lingkaran setan ini dapat di putus, bingung, sehingga terpaksa untuk korupsi, ini adalah masalah besar, tentu ini adalah efek dari kapitalis demokrasi pada pilkada.

Sehingga diharapkan Pilkada 2010 yang dilaksanakan secara serentak di Sumatera Barat pada bulan Juni 2010, dijadikan momentum untuk menekan korupsi. Sikap kritis pemilih merupakan kunci untuk menjawab apakah pilkada 2010 akan mengarah kepada perbaikan kondisi daerah atau tidak. Maka sikap kritis itu harus didahului dengan pemahaman terhadap parpol apa dan siapa calon yang akan dipilih.
Pemilihan kepala daerah (pilkada) adalah sarana menyeleksi anak-anak bangsa untuk duduk membimbing rakyat didaerah yang mereka pimpin. Hanya mereka yang memiliki integritas, komitmen, dan idealisme boleh menyandang predikat pemimpin baik ditingkat Nasional maupun daerah. Sebab amanah akan diminta pertanggungjawabannya dunia dan akhirat, belum akan masuk syorga seorang pemimpin kelau masih rakyatnya teraniaya akibat kebijakannya selama memimpin yang tidak benar atau zhalim.


Tidak ada komentar: