Jumat, 27 Mei 2011

pencarian Calon Presiden dari Generasi Muda


Dalam sejarah modern kita selamanya Angkatan Muda menjadi motor perubahan ke arah yang lebih maju, kecuali angkatan 66.”
(Pramudya Ananta Toer)
Lahirnya sumpah pemuda tahun 1928 merupakan salah satu stage dari perjalanan kebangkitan kaum muda Indonesia dalam membebaskan bangsanya. Boleh dikatakan bahwa kaum mudalah sebagai sang pelopor, bahkan karena semakin menonjol, Benedict Anderson(1972) menyimpulkan bahwa jiwa revolusi indonesia adalah kaum muda.
Sejarah telah membuktikan bahwa kaum muda selalu menjadi motor perubahan, di berbagai belahan dunia, kaum muda muncul sebagai kekuatan pendobrak yang melahirkan perubahan. Gerakan pembebasan nasional di turki, di awali oleh kebangkitan kaum muda yang membangkitkan nasionalisme turki tahun 1889. Di Eropa, kondisi kehidupan pekerja yang sangat buruk di masa awal sistem kapitalisme membangkitkan aliansi pekerja muda dan mahasiswa dalam gerakan menuntut pemberlakuan 8 jam kerja sehari, dan penghilangan bentuk kekerasan terhadap pekerja.
Dalam sejarah Indonesia sendiri, pelajar terdidik di Negeri belanda pertama kali mencetuskan konsep nasionalisme Indonesia dalam program perjuangannya. Bahkan sekarang, di Eropa, Amerika Latin, Afrika, dan Asia kebangkitan perlawanan rakyat berdampingan dengan kebangkitan kembali kaum muda. Kaum mudalah, di barisan terdepan dalam penolakan UU Kontrak Kerja Pertama (CPE) di Perancis, atau perlawanan terhadap rasialisme di Amerika yang semakin intensif hari ini. Semua itu adalah gejala sekaligus pembuktian bahwa sebenarnya kaum muda tidak boleh diremehkan, apalagi mencoretnya dalam proses penulisan sejarah.
Di Indonesia, wacana kepemimpinan kaum muda menimbulkan persilangan pendapat, yang terkadang perdebatan itu tidak berdasarkan logika berpikir ilmiah, dan objektif. Lihat saja, argumentasi beberapa kelompok yang tidak menghendaki kepemimpinan kaum Muda, menuduh bahwa sektor masyarakat yang satu ini tidak pantas untuk memimpin republik. Umumnya, kelompok penentang menganggap bahwa generasi muda Indonesia saat ini memiliki sentimen nasionalisme yang rendah, patriotisme yang kendor, dan moral yang rusak.
Sedangkan dari kelompok pemuda sendiri, yang di motori oleh aktivis mahasiswa dan organisasi pemuda menilai bahwa wacana kepemimpinan kaum muda adalah mungkin. Apalagi jika di letakkan dalam perkembangan situasi nasional sekarang, panggung politik nasional diisi oleh tokoh-tokoh tua yang sudah tidak capable untuk memimpin negeri ini. Kepemimpinan nasional sekarang yang masih di dominasi oleh tokoh tua tidak memberikan perspektif perubahan, malah semakin menyeret bangsa Indonesia dalam situasi nasional yang memprihatinkan; kemiskinan, korupsi, kelaparan, pengangguran, diskriminasi, dan kediktatoran.
Namun, perlu kiranya kita membongkar sesat pikir generasi tua Indonesia saat ini yang meremehkan kepemimpinan kaum muda dengan membuka kembali dokumen sejarah tidak tertulis, teori-teori, dan gagasan kaum muda yang relevan dalam perdebatan Ini.
 
Gerakan kaum muda dan mahasiswa saat ini masih di kuasai prasangka heroisme (baca;Advonturir) sehingga cenderung terjebak pada penyakit kekiri-kirian. Pandangan mendikotomikan ruang ekstra-parlementer dan parlementer adalah sebuah bentuk lain dari kesalahan gerakan mahasiswa memandang ruang politik real. Akibatnya, gejala menjadi aktivis muda dan mahasiswa hanya semasa masih muda, atau semasa menjadi mahasiswa.
Setelah itu, aktivis-aktivis ini melakukan diaspora (menyebar) ke berbagai bidang pekerjaan dengan afiliasi politik yang sangat fragmentatif. Sekarang kita bisa melihat banyak mantan aktivis yang menduduki pos-pos jabatan di partai politik besar, jabatan di pemerintahan, atau ormas. Tetapi, mereka sama sekali tidak lagi merefresentasikan pandangan politik waktu semasa menjadi aktivis, karakter dan jiwanya lebih mirip dengan elit baru dalam kekuasaan.
Calon Presiden: Wajah Lama (Kaum Tua)
Laga presiden 2009 akan amat sengit karena di latar belakangi perseteruan dua keluarga keluarga presidensial. Keluarga besar Mega wati Soekarno Putri- Taufik Kiemas dengan keluarga pensiunan besar SBY-Ani Yudho Yono dalam berjuang berebut hati dan pikiran rakyat.

Padahal biaya Demokrasi sangat mahal tapi kualitas pemimpin yang di produk tidak berkualitas tidak sesuai biaya dengan kualitas, satu lagi kekecewaan kita dalam sistem politik kita adalah lambatnya regenerasi kekuasaan yang bertarung pada pemilu 2009 adalah wajah lama tentu inilah yang melatar belakangi kita untuk tidak memilih seharusnya yang mengisi pos pemerintahan kedepan adalah orang muda, yang tua  tua sudah lelah dan sudah seharusnya di potong, tapi Sudakah siap kaum muda untuk maju .

Perhitungan politik menunjukkan bahwa sampai saat ini calon presiden yang dinilai kuat untuk berhadapan dengan SBY adalah  Probowo, Megawati. Calon-calon lain seperti Wiranto, Amien Rais, Strisno Bachir, Hemengkowono X Akbar Tandjung, Jusuf kalla dan lain-lain belum termasuk calon yang mampu menyaingi Megawati. Tanpa memperhitungkan kekuatan politik posisi orang nomor dua (RI 2), saat ini baru terdapat dua calon yang dinilai sangat tangguh, yaitu SBY dan Megawati.
                         
                       Rakyat saat ini sudah semakin "melek politik" dan tak bisa lagi dikibuli dengan janji-janji "angin surga". Adanya transparansi di segala bidang kehidupan berdampak sangat positif terhadap pendidikan dan pembelajaran politik rakyat.
Penguasa atau mantan penguasa saat ini tidak bisa lagi menyembunyikan kesalahan-kesalahan dan dosa-dosa politik yang pernah dilakukan kepada rakyatnya.

Calon Alternatif = Kaum Tua Sudah Saatnya Istirahat
Beberapa calon pendamping yang saat ini beredar di bursa Pilpres 2009, antara lain Hidayat Nur Wahid, Jimly Ashiddiqie, Soetrisno Bachir, Din Syamsuddin, Surya Paloh, Sultan Hamangku Buwono X dan beberapa calon "kuda hitam" lainnya. Akhirnya kembali kepada calon presiden untuk memilih yang terbaik dari beberapa calon tersebut.

Beberapa hipotesis di atas menunjukkan bahwa jalan panjang yang sangat terjal bagi siapa pun yang akan bersaing untuk menduduki kursi presiden 2009-2014. Oleh karena itu masih ada waktu untuk mempersiapkan pertarungan tersebut.
Akhirnya generasi tua dan muda jadi ada . Yang generasi tua banyak yang belum dikasih kesempatan untuk memimpin (padahal sudah bau tanah), sementara generasi mudanya tidak pernah dididik. Generasi muda dapat belajar sendiri, cuma generasi muda sekarang kebanyakan tidak punya daya juang yang tinggi ***

Tidak ada komentar: