Jumat, 27 Mei 2011

Menantikan Presiden Dari Kaulah Muda


Tidak bisa di pungkiri ternyata perusahaan yang rata rata di pimpin oleh kaum muda rata rata sukses, kebanyakan perusahaan tersebut maju dan mendapatkan keuntungan yang besar. Ketika perusahaan tersebut diberikan atau  dipimpin oleh kaum tua banyak yang stagnan dan tidak maju- maju.

Tanda-tanda itu juga menggejala untuk Pemilu 2009. Sebab, hingga saat ini, yang masuk ke bursa calon presiden hanya para pensiunan. Padahal, Republik Indonesia pertama kali dipimpin Presiden Soekarno yang berumur 44 tahun. Jenderal Soeharto juga naik menjadi presiden pada usia 46 tahun. Namun, setelah itu umur orang yang menjadi Presiden RI semakin tua.

Buktinya, BJ Habibie naik takhta menggantikan Pak Harto sebagai presiden pada usia 62 tahun. Artinya, lebih tua 18 tahun jika dibandingkan dengan Bung Karno dan 16 tahun lebih tua daripada Pak Harto ketika mulai duduk di kursi orang nomor satu Republik ini.

Orde Lama tumbang, Orde Baru ambruk, datanglah orde reformasi. Presiden yang dipilih adalah Gus Dur yang telah berumur 59 tahun. Gus Dur kemudian digantikan Megawati Soekarno putri yang berusia 54 tahun, umur yang juga lebih tua dari pada umur Bung Karno dan Pak Harto ketika diangkat menjadi presiden.

           Pemilu Presiden 2004 merupakan pemilu pertama rakyat memilih langsung presiden. Hasilnya pun presiden yang umurnya lebih tua. Susilo Bambang Yudhoyono naik takhta pada usia 55 tahun.
Di Butuhkan Presiden Muda
 Rakyat Indonesia dan para politisi di Tanah Air sejatinya iri dengan sejumlah presiden negara lain di dunia yang menampilkan generasi muda. Tengok misalnya Bashar Al Assad. Di usianya yang belum genap 45 tahun (lahir di Damaskus, 11 September 1965), putera Hafez Al Assad tersebut telah menjadi presiden Suriah.
Begitu juga, rakyat Indonesia mestinya iri dengan dua presiden asal Amerika Latin, yaitu Evo Morales yang memimpin Bolivia dan Hugo Chavez yang mengendalikan Venezuela. Mereka memimpin negaranya dalam usia belia. Evo Morales lahir di Orinoca, Oruro, Bolivia pada 26 Oktober 1959. Sementara itu, Chavez lahir pada 28 Juli 1954. Dan kita juga menungu tidak lama lagi negeri paman sam (AS) akan di pimpin oleh kaum muda Barac Obama.
Belakangan, Chavez dan Morales dikenal di seantero jagat karena kontroversi menasionalisasi perusahaan migas di negaranya. Perusahaan migas asing terpaksa tunggang-langgang. Seluruh aset mereka di dua negara itu, dimiliki negara. Bolivia dan Venezuela pun untung.
Kenyataan berbeda ditemukan di Indonesia. Harapan melihat figur generasi muda untuk naik pentas pada Pemilihan Presiden 2009 hingga kini masih bertepuk sebelah tangan. Nama-nama yang disodorkan oleh partai politik dan menghiasi sejumlah media massa, masih seputar nama lama. Sebut saja Megawati Soekarnoputri, Susilo Bambang Yudhoyono, Wiranto, Abdurahman Wahid, maupun Jusuf Kalla.           
 Belakangan muncul nama Sri Sultan Hamengkubowono X, dan mantan gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso. Seluruhnya adalah representasi dari kelompok tua yang dinilai banyak kelompok moderat dan progresif di Tanah Air tidak akan bisa berbuat banyak bagi perubahan negeri ini.
Ke Manakah Perginya Orang Muda Negeri Ini

Dikhawatirkan yang sedang terjadi adalah kemacetan regenerasi pemimpin bangsa. Sirkulasi elite hanya mutar-mutar di situ-situ saja, pada lingkaran umur para pensiunan. Baik pensiunan sipil maupun tentara.

Ke manakah perginya orang muda negeri ini? Saling tuding yang klasik pun mencuat sebagai jawaban. Orang muda tidak diberi kesempatan. Itulah jawaban cengeng. Bukankah kesempatan mesti diciptakan, bahkan direbut melalui kompetisi yang sengit dan adil? Sebaliknya, yang tua pun bilang, yang muda memang belum bertaji. Maka, sirkulasi elite berputar-putar pada kaum pensiunan.

Orang-orang yang sudah mengindikasikan maju pada pilpres memang sudah pada tua semua, Sutiyoso, Megawati, JK ,SBY, Gusdur dan Wiranto?, Masalahnya siapa kira-kira tokoh muda (dibawah umur 50 tahun) yang siap menjadi pemimpin bangsa? Dari Partai mana? kalau independen, siapa orangnya? Kader-kader muda partai yang punya orang-orang muda/ kader-kader muda yang "lebih siap".
   Apa yang salah?
Sejatinya, Indonesia belajar dari pengalaman pemilihan presiden di luar negeri. Menampilkan calon presiden dari generasi muda (katakanlah usia di bawah 50 tahun) bukanlah barang haram. Kemudaan usia ditambah dengan pengalaman dalam beraktivitas di organisasi pemerintahan atau politik sejatinya memberi poin plus bagi calon pemimpin muda di republik ini untuk tampil sebagai kandidat presiden pada pemilu dua tahun ke depan.
Sebetulnya banyak figur generasi muda di Tanah Air yang layak ditampilkan menjadi kandidat presiden mendatang. Selain itu, kemampuan dan kredibilitas generasi muda yang duduk di partai politik sejatinya sudah sejak awal ditampilkan.       
 Partai politik seyogyanya pula mengakomodasi potensi generasi muda untuk menjadi calon presiden. Di sisi lain, generasi muda yang duduk di parpol pun harus berani ‘bersuara beda’ dengan anggota parpol dari golongan senior yang ingin mempertahankan status quo. Fungsi partai politik yang salah satunya sebagai rekrutmen politik, sejatinya bisa dimanfaatkan tak hanya oleh golongan senior parpol, tapi juga golongan muda.
Semoga tahun 2009 presiden kita berasal dari kaum muda yang matanya tidak rabun melihat persoalan kemiskinan dan prilaku korupsi, tidak hanya muda tapi juga berpengalaman dari kaum tua, presiden muda yang mampu menjawab persoalan bangsa. Kita tunggu? 

Tidak ada komentar: