Jumat, 28 November 2008

Artikel

DIBALIK SERAGAM KEKUASAAN
Oleh : Alif Al Syahban


Di saat kita berdiri diatas ketinggian, kemudian kita melihat ke bawah, takut sekali rasanya sebab bayangan jatuh selalu membayangi nurani dan pikiran kita.kitapun berusaha dengan sekuat-kuatnya untuk menengadahkan pandangan keatas awan. Disana tampak seperti pemandangan yang sangat indah. Banyak burung beterbatangan dengan bebasnya, roh-roh manusia bersemayam, angin berhembus dengan kencangnya, awan putih terbagi berkelompok-kelompok. Tak terasa leher terasa sakit, badan juga sangat letih! “Reflex“ pandangan terpaksa jatuh kebawah, setelah kita membuka mata “terlihat jelas”, kalau apa yang ada dibawah telah menengadah ke atas, ibarat meminta-minta, entah meminta apa. Di satu kelompok meminta diri untuk ditarik keatas, mungkin ia juga ingin merasakan ketinggian, sebab menurutnya diatas ketinggian itu seperti surga, kita juga enjoy seperti burung elang yang bebas terbang tinggi mencari mangsa, ada juga yang sempat meminta tolong supaya ia di perhatikan dan di ingat atas jasanya. Karena mungkin sebelum kita sampai keatas. Ia memberikan fasilitas yang sangat kita butuhkan saat itu “misal kata tangga”. Tapi di sisi lain ada yang meminta kita turun secepatnya. Sebab ia taut nanti kita terserang angin hantu, lalu jatuhnya “engga benner”. Atau mungkin ia merasa bisa menggantikan kita. Berdiri diatas ketinggian menghadapi tajamnya ratusan lototan biji mata, seperti itulah siklus politik..
Kalau saja hal ini tak pernah ada akhirnya “mau jadi apa negeri ini!” saling memantau, memata-matai. kritik terkadang dianggap sesuatu yang sudah lumrah di era ini. Baik itu secara lisan atau tulisan, langsung ataupun tidak langsung. Adapun yang saling sikut menyikut, ingin menginjak dengan cara yang tidak wajar. “Nauzubillah min zhalik”.
Di saat negeri ini mengalami kegagalan dan kemunduran. Kebanyakan orang hanya bisa menggumam dan menulis puisi. Tanpa tau bagaimana dan hendak kemana mencari solusinya agar keterpurukan dan krisis bisa berakhir. Hingga semuanya bisa berjalan dengan lancar.ingat..janji tidak akan pernah mengubahnya sebelum di ada pembuktian. Maka dari itu janganlah engkau bersorak untuk menegakkan sesuatu yang lemah, tapi usahakan berfikir dan berusaha keras tanpa ada cerita sebelumnya, agar hal itu bisa menyejukkan dan mengejukkan, tapi apa boleh buat, hal itu sudah membudaya dalam nusantara.
Asal kamu!Demokrasi normal tak butuh pemimpin besar, melainkan cukup orang tahu diri, maka Nelson Mandella berhenti menjadi Presiden ketika tak punya pesaing berarti, bukan hal pandang enteng dan pamer kesombongan, ia cuman tahu diri saja. Bahwa bukan cuman dia yang bisa memiliki kesempatan. Betapapun agungnya Nelson Mandella, mengakhiri kekuasaan yang bisa di bikin panjang! Tapi seorang Nelson Mandella tetap tunduk dan patuh pada kepentingan Undang-Undang dan peraturan Demokrasi Afrika Selatan. Seandainya ada pemimpin yang bisa mengikuti jejak Nelson sang pahlawan kulit hitam. Maka dalam waktu satu periode kepemimpinan saja Negeri ribuan bahasa ini akan mampu bersaing di tingkat yang lebih luas? Tapi di Indonesia tidak berprinsip “Hukum Tetap Hukum” melainkan hukum adalah uang, sehingga di saat si pembuat Undang-Undang membuat 1000 peraturan maka sama halnya ia menciptakan 1000 lahan pelanggaran. Hal ini sudah terbukti prakteknya dimana-mana baik itu di lingkup pendidikan, sosial budaya, birokrasi, militer ataupun lingkup pemerintahan itu sendiri.
Banyak orang berkata, kita sudah merdeka di mulai lebih dari setengah abad yang lalu, kemudian merdeka untuk selama-lamanya, syair semacam itu belum terlalu jelas ke asliannya. Sebab kenyataannya hidup kita masih terjajah dan teraniaya, kadang tidak ada pengakuan harga diri, yang lemah di jadikan mangsa. Sementara yang miskin di perbudak, seluruh kejadian seakan diatur oleh orang-orang yang selalu bersembunyi di balik seragam birokrasi, yang menjadikan kekuasaan sebagai alat untuk menguasai keadaan. Saat saya melihat hal ini, saya seakan berteriak, berteriak sekencang-kecangnnya sampai setan-setan juga ikut mendengarnya tapi mulut saya selalu kaku dan terkunci rapat dan bungkam seribu bahasa, kutanya jam dinding yang berdetak, katanya aku dihantui ketakutan, aku grogi membongkar kebenaran, ah!!......... tidak mungkin. Tidak mungkin aku takut! Kenapa jiwaku mesti takut, sementara matipun aku tidak pernah takut, karena aku selalu merindukan kematian.
Di AS, baru saja usai pameran politik, kandidat partai Demokrat Al Gore akhirnya menerima kekalahan setelah otoritas hukum tertinggi memutuskan George W. Bush sebagai pemenang, padahal berdasarkan kemungkinan perubahan perimbangan suara di Florida, terbuka kesempatan yang cukup besar baginya untuk menjadi pemenang. Tapi Al Gore tahu diri, lalu ia sempat berkata di depan lebih dari seribu wartawan dari pelosok dunia, saya tak setuju argument Mahkamah Agung tapi bisa menerima keputusannya, mendengar ucapan itu kurang lebih dari Lima Milyar manusia bersorak dan mengajukan jempol kepada Al Gore.
Di Indonesia, saking langkanya, orang-orang tahu diri selalu bikin kita terharu, begitulah Mohammad Hatta, kita ingat dengan taksim ketika mundur dan mengakhiri dwitunggal Soekarno-Hatta yang dimulai di grogoti penyakit kesewenang-wenangan Penguasa. Prof. Harum Al Rasyid membuat hati lega ketika berhenti dari kariernya sebagai wakil Ketua KPU, d saat rekan-rekannya terlelap oleh ucapan trima kasih amplop besar (UTKAB) atau lazimnya disebut suap menyuap? Soeharto Jenderal Berbintang Lima gagal menjadi orang besar dan penguasa seumur hidup. Padahal ia adalah politisi piawai, yang pandai membuat kekuasaan bernafas panjang dan berdiri diatas cengkramannya. Namun akhirnya terjerembab di ujung masa jabatannya. Disingkirkan dari bangku kekuasaan yang otoriter. Kemudian di tuntut oleh bermacam-macam pelanggaran walaupun kita tahu kalau dia adalah pahlawan pembangunan. Orang hebat yang sempat di takuti negara Adikuasa, pemimpin tujuh yayasan terkenal. Macan Putih dari daerah khatulistiwa, sangat ditakuti, namun pada akhirnya berakhir juga, itu karena mereka tidak tahu diri, ia salah menafsirkan kapan? Seharusnya ia mesti berhenti.
Lalu siapakah orang-orang yang tahu diri itu...? buat saya, orang yang tahu diri itu punya cermin, lalu ia bisa bercermin dan berusaha sadar apa sebenarnya yang terdapat di balik cermin itu. Artinya ia bisa mengukur kemampuan dan otentisitas dirinya, jika ia memiliki wewenang. Ia mesti berhenti di saat terbukti tak mampu dan menjadi tak otentik (teriak anti korupsi sambil korupsi atau teriak anti orde batu sambil rajin mencolek gaya kekuasaan orde baru)”, ternyata Bapak adalah pencopet yang suka teriak “awas dompet” atau maling teriak maling.
Kalau bapak tahu diri, mestinya bapak mengerti, apakah bapak mengerti dengan kedudukan bapak, apa sesuai dengan latar belakang pendidikan bapak, apakah bapak mencintai pekerjaan itu, kalau tidak kuharap bapak segera tahu diri saja!.
Kadang kalau kita dekat dengan api, tubuh juga terasa panas. Tapi kalau kita dekat dengan kursi kedudukan, tolong jangan terlalu merasa kuasa. Apalagi kalau bapak Cuma pembantu yang merasa berkuasa, apalagi kalau bapak Cuma pembantu dalam sebuah area kekuasaan. Tapi seakan bapak memiliki semua kekuasaan itu.
Seharusnya seragam kebesaran itu dijadikan alat untuk membantu masyarakat dalam menyelesaikan segala bentuk permasalahan, bukannya dijadikan sebagai lambang untuk menakuti-nakuti masyarakat yang membutuhkan pertolongan, seragam kekuasaan kadang pula dijadikan sebagai simbol penghormatan dalam segala macam kegiatan baik dalam kegiatan organisasi, olah raga, kegiatan rohani, kegiatan adat istiadat, kegiatan keagamaan dan bahkan seluruh kegiatan-kegiatan yang ada dalam lingkup kegiatan masyarakat.
Secara umum kadang seragam kekuasaan itu dijadikan tolak ukur dalam segala aspek kehidupan. Seharusnya seragam kekuasaan itu dijadikan sebagai lambang untuk membuat masyarakat menjadi aman, damai, dan sejahtera pada saat kita menggunakan seragam itu. Tapi kenyataannya seragam kekuasaan itu semakin dikejar-kejar oleh sebagian orang, sampai-sampai ia harus mengorbankan harta dan kehormatan atau dengan ikhlas ia menyuguhkan mahkotanya yang dijaga sekian tahun dan adapula yang terpaksa harus merobek kemaluannya karena desakan dari penguasa yang dikomandoi oleh nafsu binatang.
Seragam-seragam kekuasaan sebaiknya dijadikan meja pelayanan kepada orang-orang yang sangat membutuhkan uluran tangan dari orang-orang yang menggunakan seragam tersebut. Dengan kata lain, membantu mereka untuk menyelesaikan persoalan bukannya harus menunda-nunda permasalahan orang lain yang sangat penting karena persoalan yang kita rasakan lebih penting lagi, sehingga permasalahan orang lain hanya dapat dijadikan sebagai bahan bacaan tanpa harus tahu apa tujuannya, sebab masa berlakunya telah habis. Kalau seperti ini menjadikan kita manusia yang dididik tidak disiplin sehingga generasi pelanjut kita akan berbuat yang lebih fatal lagi.
Pada hakekatnya masyarakat, pemerintah, militer dan seluruh aspek birokrasi hanya dijadikan lahan untuk pemungutan biaya dalam kepentingan pribadi. Amanah dari pemerintah yang seharusnya dijalankan dengan baik hanya dijadikan sebagai bahan acuan untuk kepentingan bersama dalam lingkup keluarga sehingga terjadilah nepotisme dimana-mana. Kalau hal ini terjadi untuk terus menerus maka generasi berikutnya akan berbuat lebih parah lagi, sehingga masyarakat nantinya akan menjadi masyarakat yang buta dengan keadilan, politik tidak sehat akan dijadikan sebagai lambang yang diagung-agungkan, kriminal menjadi bahan pembicaraan dimana-mana, baik itu di media elektronik, media massa maupun media gossip ibu-ibu.
Kami sebagai masyarakat kecil hanya bisa mengetuk pintu penguasa agar ia bisa terbangun dari tidurnya, membangunkan mereka dari kelalaian dalam menjalankan amanah yang diberikan oleh masyarakat. Melayani masyarakat dengan sebagai-baiknya seperti masyarakat melayani saudara-saudaranya di saat hari-hari keagamaan, mereka saling menyapa, senyum dan berjabat tangan demi untuk menjaga kekuatan tali silaturahmi dan kekeluargaan. Kalau hal ini terjadi di lingkup pemerintah, militer dan wadah politik maka dengan sendirinya akan tercipta keharmonisan dan persaingan yang sehat sehingga masyarakat yang mendiami bumi pertiwi ini akan menjadi masyarakat yang bisa di contoh dan dijadikan cambuk bagi masyarakat lain di dunia. Oleh karena itu saya harap para penguasa yang sedang menduduki bangku kekuasaan bisa melihat dengan jernih dan turun langsung ke lapangan untuk melihat masyarakat yang membutuhkan sesuap nasi karena seharian tidak bisa makan, sebab raskin belum sampai ke tangan mereka. Jangan sampai beras yang seharusnya diterima oleh masyarakat tertahan di rumah para calo pemerintah sehingga kelaparan terjadi dimana-mana. Dan pada akhirnya memusingkan pemerintah itu sendiri, karena goncangan publik terjadi dimana-mana yang bersorak kalau pemerintahlah menjadi dalang dari semua kejadian itu.


Alif al syahban

Mahasiswa Fakultas ilmu sisial dan ilmu politik Universitas haluleo
FISIP-UNHALU



Saya siap menjadi parner diskusi anda,karna saya butuk kritik dan saran anda

Kita bisa saling tukar pendapat lewat:
SMS …..di 0812 4553 1537
Email…www al_syahban@yahoo.co.id

“ADIPURA” MENTELANTARKAN PEDAGANG KAKI LIMA

Setelah pemerintahan Mansyur Masie Abunawas sebagai Walikota Kendari berakhir, maka berawallah pemerntahan itu di bawah pimpinan Ir. Asrun bersama H. Musaddar Mappasomba,. Setelah terpilih secara demokrasi (secara langsung, jujur dan adil) pada pemilihan umum Walikota – Wakil Walikota Kendari pada bulan kemarin di tahun 2007.
Terpilihnya Ir. Asrun dan H. Musaddar mappasomba sebagai nakhoda pemerintahan Kota Kendari adalah momen baru untuk lebih memajukan bumi anoa ini, sebab mereka mulai memprogramkan kerja yang lebih baik, mendisiplinkan yang dulunya lalai, memotivasi bidang pendidikan, membantu yang membutuhkan uluran tangan, membayar gaji para tenaga kerja yang dulunya mandep serta terjun langsung di setiap kegiatan kemasyarakatan yang sifatnya positif dan membangun. Mereka dekat sekali dengan masyarakat, sehingga masyarakat kagum dan cinta kepada mereka, saya juga salut dengan citra seorang pemimpin yang baru berusia seumur jagung di pemkot Kendari itu, sangat luar biasa. Di sudut kanan dan kiri serta di sisi muka dan belakang masyarakat sangat memuji mereka….,bahkan sampai-sampai tiap harinya membicarakan sambil membangga-banggakan beliau (Asrun – Musaddar).
Setela berjalan beberapa bulan, mulailah terbenak dalam hati pemerintah untuk membenahi tatanan Kota yang semraut, mulai dari ujung barat sampai ujung timur Kota di tata dengan sangat teratur dan indah, sebagaimana Kota Kendari adalah sebagai cermin untuk sul-tra sebagai ibukota propinsi. Dari situlah muncul ide-ide yang cemerlang, diantaranya adalah bagaimana strategi untuk mendapat gelar Adipura, sebab itulah Adipura mampu menjadikan Kota Kendari sebagai Kota kelas papan atas diantara beberapa Kota di Sul-tra bahkan di Indonesia. Kendari akan dikenang dimasukkan dalam catatan sejarah, hal ini juga sebagai faktor inspirasi untuk peningkatan kesejahteraan” kataya”. Benarkah seperti itu?ini menjadi salah satu tanda tanya besar untuk masyarakat Kota Kendari, sebab program ini tiba-tiba dipublikasikan oleh pemerintah tanpa ada persetujuan dari sekelompok masyarakat yang merasa terganggu dengan kehadiran program ini, itulah sebabnya sehingga masyarakat yang dirugikan merasa sangat terpukul khususnya masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang kaki lima, di pasar-pasar yang sudah positif akan ditertibkan. Saat penertiban itu mereka( PKL) digusur dengan seenaknya, sampai-sampai menurunkan Satuan Polisi Pamong-Praja ( Sat Pol-PP). Aktifitas mereka dihentikan tanpa melihat sisi gelap dari mereka, sehingga mereka tak tahu kemanalagi harus melangkah demi mencari tempat dalam perpanjangan ekonomi mereka, menyambung hidup mereka serta bagaimana caranya lagi untuk membiaya pendidikan anak-anak mereka sehingga kesemuanya akan terlantar, dan penderitaan pahit pun akan menghantui mereka, mereka dihimpit oleh jeritan ekonomi yang mendesak jadi apabila pemerintah tidak mengurungkan niatnya untuk membongkar tempat-tempat penjualan RB. Di pasar baru Wua-Wua, maka yakin dan percaya 90% warga itu akan mengalami keterpurukan ekonomi yang sangat besar, dan bisa saja mengganggu stabilitas pemerintahan tersebut. Terkecuali pemerintah terlebih dahulu bermusyawarah kepada PKL tersebut, secara lisan dan menurut satu keputusan yang bisa diterima kedua belah pihak (pemerintah, PS PKL) entah dikarantina atau mengundang wakil-wakil mereka saja, yang dianggap bisa membawa risalah kepada para pedagang tersebut, atau dengan cara yang kedua pemerintah mengganti segala kerugian yang diderita oleh pedagang tersebut dan sekaligus menyiapkan tempat yang strategis yang bisa diterima oleh mereka.
Pada akhirnya kemungkinan besar para pedagang kaki lima yang tidak tahu entah kemana lagi ia harus mencari bahan-bahan untuk dijual agar mampu membiaya hidup mereka dan hidup anak-anak mereka. Dan kemungkinan besarnya apabila semua tidak memiliki apa-apa lagi ia akan lari ketempat-tempat maksiat misalnya menjadi pengedar narkoba, menjadi pencuri dan masih banyak lagi hal yang dia bisa kerjakan, itu demi untuk menutupi desakan ekonomi mereka. Kalau seperti ini yang terjadi di masyarakat, pantaska adipura itu diterima, pantaskah adipura itu dianggap sebagai program yang diistimewakan, mungkin, disisi lain memang suatu yang terendah, dibanggakan, dan diagung-agungkan, tapi bagi sebagian masyarakat khususnya PKL yang telah dilengser dari tempat mereka dimana dulunya disitulah ia berprofesi, beraktivitas, demi untuk melangsungkan hidup mereka, tapi sekarang semuanya akan hilang dan dijadikan segenap kenangan…., dan pasti mereka-mereka (PKL) yang telah dirugikan, akan merasakan sakitnya penderitaan itu. Meskipun ia harus melawan tapi kekuatan mereka untuk mengingatkan pemerintah sangat kecil, sebab pemerintah dibentengi oleh salah satu benteng yang sangat kuat, penderitaan pun itu akan terus dan semakin menuyudutkan mereka.
Saya salut kepada seorang pedagang kaki lima (PKL) di pasar baru tersebut karena begitu perhatiannya ia kepada keluarga besar pedagang kaki lima, sampai-sampai ia rela berkorban untuk kepentingan para pedagang tersebut bahkan ia menggunakan daya dan tenaga menyampaikan protes kepada pemerintah, “Instruksi dia” disaat ia mendengar berita akan dibongkarnya tempat-tempat penjualan para pedagang pasar baru Wua-Wua, dia molobi kesini kemari, mendatangi pejabat pada instansi yang terkait, untuk bermusyawarah tapi hasilnya tetap gagal sebab pemerintah telah menvalidkan hal itu, ia cuma pasrah dan menyerahkan semuanya kepada Tuhan, sebab ia sebagai warga negara khususnya warga Kota Kendari sangat menjunjung tinggi nilai hukum dan menghormati keputusan pemerintah sebab mungkin itulah yang terbaik untuk Kota Kendari.
Sebagai ketua kerukunan pedagang kaki lima pasar baru Wua-Wua yang akrab disapa “Dg. Joa” itu seraya mempertahankan perbongkaran tersebut, tapi apa daya sebagai seorang masyarakat dia harus tunduk dan patuh kepada pemerintah, karena pemerintah adalah (bapak kita) sebagaimana kita sebagai masyarakat yang berkecimpung di Kota Kendari ini….. “Tambahnya” “disertai senyum menawan meski berat rasanya mengungkapkan hal itu”.
Menurut peninjauan di lapangan, 90% pedagang kaki lima sangat menggantungkan nasib kepada profesinya sebagai penjual RB, dari usahanya itu, ia bisa menyekolahkan anak-anaknya, lalu sebagiannya dipakai untuk makan dan sebahagiannya lagi untuk keperluan lain-lain yang lebih mendesak.

INDAHNYA ADIPURA TAPI RAKYAT MENDERITA

Setelah pemerintahan Mansyur Masie Abunawas sebagai Walikota kendari berakhir, maka bersama dengan H. Musaddar Mappsomba sebagai orang nomor satu di jajaran pemerintahan kota Kendari ini sosok pemimpin yang di pilih langsung oleh masyarakat kota Kendari.
Terpilihnya Ir ASrun dan H. Musaddar Mappsomba sebagai Walikota pemerintahan kota Kendari adalah terobosan baru untuk lebih memajukan bumi Anoa ini. Di sisi lain mereka mulai memprogramkan kerja yang lebih baik pada jajaran eksekutif, membangun sarana dan prasarana, membantu yang memang sangatlah membutuhkan terjun langsung dalam menyukseskan agenda dan kegiatan-kegiatan yang sifatnya positif dan memajukan membangun dan merenofasi tempat-tempat umum misalnya pasar, gedung sekolah, taman, tempat hiburan, teluk dan lain-lain, jadi bertepuktangan dan mengajukan jempollan bagi para masyarakat kota ini.
Sungguh sangat terpujilah para pemimpin yang seperti ini, setelah berjalan beberapa bulan mulailah terbenak dalam hati pemerintah untuk memajukan kota ini bisa tertata dengan teratur dan baik, sebagaimana kota kendari itu adalah wajah dari pada Sulawesi Tenggara.
Maka dari itulah, muncul beberapa ide yang cemerlang, diantaranya adalah bagaimana strategi untuk mendapatkan gelar Adipura, sebab Adipura katanya bisa membuat kota Kendari menempati kelas atas diantara beberapa kota, dengan Adipura kota Kendari akan di kenal dan di kenang di jadikan contoh dan sebagai -----yang di agung-agungkan, maka momen seperti ini menjadi faktor pendorong untuk lebih mengembangkan-----katanya….Benarkah seperti itu? Ini salah satu hal yang menjadi tandatangan besar untuk masyarakat kota Kendari, sebab program ini tiba-tiba muncul seperti halilintar di waktu ----,Tidak pernah di----kepada masyarakat pada umumnya, sehingga masyarakat yang merasa dirugikan oleh program Adipura, sangat terpukul misalmya masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang kaki lima, digusur dengan seenaknya sampai-sampai harus menurunkan satuan polisi pamong praja (Pol-PP),dari mereka ia harus melangkah sehingga mereka tidak baku teman lagi, untuk mencari tempat demi memperpanjang ekonomi mereka menyambung hidup mereka, serta bagaimana ----sehingga kesemuanya akan teratur, dan pendqeritaan pahitpun akan menghantui mereka, mereka di ---oleh ---ekonomi yang mendesak lalu pada akhirnya kemungkinan besar akan lari ketempat-tempat maksiat, mengikuti ----Narkoba, pengedar pil exstasi, pencuri kelas kakap, itu dari untuk menutupi desakan ekonomi mereka. Kalau seperti ini yang terjadi di masyarakat pantaskah Adipura di terima? Pantaskah Adipura dianggap sebagai program yang di istimewakan, Mungkin! Di sisi lain memang sesuatu bagi sebagian masyarakat khususnya PKI (pedangan kaki lima) yang telah di lenser dari tempat mereka dimana dari situlah ia berprofesi, beraktivitas demi untuk melangsungkan hidup mereka, tapi sekarang semuanya akan di kubur dan dijadikan segenap kenangan dan pasti mereka-mereka (PKI) yang itu, meskipun ia harus melawan tapi kekuatan mereka untuk mengingatkan pemerintah sangat kecil, sebab pemerintah di benteng oleh salah satu benteng yang sangat kuat, penderita itu kana terus dan senantiasa menghantui mereka.
Saya salut kepada salah seorang pedagang kaki lima (PKI) di pasar batu Wua-Wua begitu perhatiannya ia kepada keluarga besar Pedagang Kaki Lima (PKI) di Pasar Baru, sampai-sampai rela berkorban untuk menanggung daya dan tenaga menyampaikan proses kepada pemerintah instruksi diri di saat ia mendengar ---- akan di bongkarnya tempat-tempat penjualan RB di Pasar Baru Wua-Wua, dia --- kesini kemari, mendatangi para pejabat pada instansi yang terkait untuk sebab pemerintahan sudah menvalidkan hal itu, dia Cuma pasrah dan menyerahkan semuanya kepada warga pemerintah kota kendari sangat menjunjung tinggi nilai hukum dan menghormati keputusan pemerintahan sebab mungkin itulah yang terbaik untuk kota Kendari.
Sebagai ketua kerukunan Pedagang Kaki Lima Pasar Baru yang akrab di sapa Daeng Joa itu

“PEMERINTAH TERSENYUM DISAAT PEDAGANG KAKI LIMA TERLANTAR”

T
inggal semak belukar dan balok-balok bekas yang terhambur dijalan setelah pasar baru Wua-Wua ditertibkan oleh pemerintah melalui Polisi Pamong Praja dan Satuan TNI dari Kodim, terang dan tembus pandanglah ruas-ruas jalan tersebut setelah semua gerobak-gerobak dan kios-kios para pedagang kaki lima itu dibongkar oleh aparat pemerintah.
Disaat pembongkaran tersebut dilangsungkan tak ada sedikit pun perlawanan dari mereka (pedagang kaki lima) sebab mereka tau kekuatan mereka seratus kali lipat lebih lemah dibandingkan kekuatan pemerintah yang menguasai mereka, dia hanya bisa pasrah dan meneteskan air mata, duduk bersila tanpa beralaskan apa-apa. Meratapi hidup mereka yang terpancar dalam penderitaan panjang sebab tempat-tempat mereka, yang dijadikan wajah untuk mencari sumber kehidupan kini tinggal menyisakan puing-puingnya saja.
Hari pemerintah semakin pendek akal untuk berpikir, dia cuma mementingkan sesuatu di satu sisi, tapi pemerintah tidak pernah merasakan sisi-sisi yang lain ataupun mencoba menginvestigasinya dimana ada sisi gelap yang mengancam keterpurukan hidup mereka, sehingga ketakutan pun terus menghantui kehidupan mereka, mematikan karakter berfikir dan melumpuhkan ekonomi mereka. Sehingga anak-anak mereka (pedagang kaki lima) terancam putus sekolah, beban hidup mereka semakin berat, kekurangan gizi dan lenyaplah sudah cita-cita mereka yang sebelumnya mereka pernah impikan semuanya hanya bisa didiarikan. Kekecewaan pribadi maupun kelompok membuat mereka menaruh dendam yang sangat besar, di lain sisi keresahan kehidupan datang silih berganti sehingga pikiran selalu lari ketempat-tempat maksiat, prostitusi, kriminalitas, bahkan sanggup menjadi pembunuh bayaran dan membunuh siapa saja nama-nama dari kliennya itu tanpa mempertimbangkan apapun dan siapapun, demi untuk menyambung hidup dan menyekolahkan anak-anak mereka sebagaimana kita ketahui bahwasanya pendidikan bukanlah sesuatu hal yang mudah namun butuh pengorbanan baik dari segi materi, tenaga, dan waktu.
Satu kesimpulan pertanyaan yang dilontarkan jajaran mereka (pedagang kaki lima).!. Kenapa mesti pedagang kaki lima yang ditertibkan oleh pemerintah untuk meraih adipura, sementara botol-botol minuman keras, sampah-sampah dijalan, pegawai pemerintah yang lalai, tenaga pendidik yang santai dan enjoy mengurus proyek, tempat hiburan malam, Kendari Beach yang malam harinya dijadikan tempat-tempat berumbu pasangan muda-mudi sekaligus sentral para kupu-kupu malam (KKM) malah dibiarkan melebarkan sayap dengan seluas-luasnya, tanpa pernah ada tanggapan ataupun teguran dari pemerintah. Apakah penilaian adipura tidak memasukkan hal itu sebagai definisi penilaian, apa pemerintah saja yang pura-pura menutup mata karena takut kehilangan pajak pendapatan dari retribusi yang dihasilkan mereka.! Entahlah” biarlah takdir yang menjawab semuanya karena Tuhan itu Maha Tahu.
Saat ini ada suatu gambaran besar yang dihasilkan mereka (pedagang kaki lima), bahwasanya sampai saat ini adipura belum bisa diterima secara umum oleh masyarakat kota Kendari, tapi seandainya adipura menuntut ketertiban pornoaksi dan pornografi, ketertiban para penjudi, premanisme, pecandu narkoba, pengedar pil ekstasi, penjual kemaluan (KKM), koruptor, PNS yang lalai dalam mengemban tugas, lembaga-lembaga penipuan atau skandal seks bebas remaja yang semakin trend dipublikasikan oleh media. Maka saya yakin dan percaya masyarakat kota Kendari dengan sendirinya berusaha meraih gelar kehormatan tersebut, sebab masyarakat kota Kendari sadar dengan kepedulian pro generasi produktif dan selalu merespon positif kajian-kajian keagamaan sebagaimana julukannya “Kendari Kota Bertakwa”

Indahnya Tangisan Kupu-Kupu Malam
Angin sepoi-sepoin bertiup setengah kencang di bibir-bibir pantai Kendari (Kendari Beach), lampu menyala menerangi jalan di sepanjang malam, kendaraan berlalu-lalang silih berganti begitupun ombak juga menghempas karang tanpa henti, indah sekali malam itu pantas saja apabila pasangan muda-mudi selalu katakan cinta di tempat itu, bermesraan, berpelukan bahkan pada akhirnya berhubungan seks atau bersetubuh sebab disisi lain tempat itu sangat strategis dan jarang terkena rasia bahkan apabila malam semakin larut para PSK pun kian menggoda, sampai-sampai mereka menjejangkan tubuhnya di tepi jalan pantai Kendari tersebut, menggoda para lelaki hidung belang dengan penampilan yang sangat mempesona serta bernuansa seks (pakaian seksi), bayarannya pun agak mahal tergantung dari kepuasan pelanggannya. “kalau minum-minum saja, berapa?” biasa Rp. 20.000, eh kobelikanpi dulu rokok, ko mau bawa saya kemanakah! Kalau satu malam 200.000 mi saya kasi ko, murah ji itu! Dari pada yang lain sampai 500ribuan, itupun mungkin kau belum puas, tapi kalau saya pokoknya kau puas, saya jamin!. Sangat luar biasa rayuan mereka para pekerja seks komersial (PSK ini) mereka tidak punya rasa malu sedikit pun demi untuk meraup rupiah, transaksinyapun dilakukan terang-terangan begitupun pergaulannya.
Watak dari PSK tersebut tidak pernah memikirkan efek dari perlakunya yang penting satu malam itu bisa meraup banyak rupiah, dia tidak pernah takut dengan penyakit kelamin (AIDS) yang akan menimpanya, tidak pernah memikirkan resiko aib yang akan diderita oleh sanak-saudara dan keluarnya. “Kenapa anda berprofesi seperti ini Mbak?” “yah asal kamu tahu saja di kota itu susah cari uang, apalagi nggak punya uang, ijazah dan sertifikat. Mau kerja apa saya, saya tidak punya apa-apa jangankan ijazah sekolahpun tidak pernah, saya itu dari desa. Di saat ke kota nggak tau mau ngapain! Eh tiba-tiba ada teman yang ngajak, ternyata yang ini cepat mendapatkan uang yang banyak dan nggak perlu punya modal besar, ya jalani saja apalagi disisi lain enak banget lho!” soal dosa belakangan aja, semoga Tuhan mengerti posisi saya dan siapapun yang duduk diposisi saya, mungkin dia juga berprofesi seperti saya ungkapnya disertai deraian air mata…… “kenapa mbak!” “ya, karena jeritan ekonomi dan kebutuhan hidup yang sangat tinggi
























A





AKU TIDAK BISA TIDUR
OLEH: ALI SYAHBAN

Kekerasan,keresahan dan ketidaknyamanan
Menjadi bagian hidup kami
Kami tidak bisa tidur
Kami tidak bisa belajar

Haruskah kami berteriak memanggil waktu
Atau mengundang para malaikat
Agar kami bisa terlelap lagi
Dan menyelesaikan tugas-tugas yang berserakan

Kami tidak bisa tidur malam ini
Teman-teman kami lagi peerang saudara
Kami tidak bisa bercanda dan berteriak lagi
Tempat kami belajar,jadi hancur lebur

Hanya rasa takut dan bayangan kematian
Yang selalu setia menemani kami
Hingga hanya Tuhanlah tempat kami meminta tolong

Sebab…………..!


Pelindung dan pengayong kami
Seakan akan-akan menutup mata
Atau merasa bisu menatap kami
Entah dendam masih tersayub dalam benaknya
Atas insiden kemarin
Yang membuatnya traomah

Kupanggil seniorku “bapak pemerintah ”
Tapi ia masih tertidur

Aku tidak tidur sampai pagi
Kalau negriku kalah dengan biadap
Aku tidak mengantuk sampai malam
Kalau suasana masih mencekam

Ya tuhan tolong saya………….!
Penulis:mahasiswa Fakultas ilmu sosial dan ilmu politik Univesitas haluleo(FISIP-UNHALU




Catatan:puisi ini untuk memperingatkan pemerintah agar menengahi konflik di UNHALU –KENDARI yang telah banyak memakan korban ,dan cenderung mengarah ke konflik etnis(suku)

Tidak ada komentar: